Tanaman kelapa sawit sampai saat ini masih menjadi salah satu komoditas yang menjajikan. Hal ini dapat di lihat dari perkembangan tanaman kelapa sawit setiap tahunnya. Upaya untuk meningkatkan produktivitas mengalami kendala diantaranya dengan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Diantara OPT yang cukup menganggu kebun sawit adalah hama yang merusak tanaman. Saat ini hama utama yang menyerang kelapa sawit adalah ulat pemakan daun kelapa sawit seperti ulat api dan ulat kantong. Sedang di beberapa lokasi serangan ulat penggerak tandan sawit juga menjadi masalah yang serius.

Banyak metode yang digunakan untuk mengendalikan hama ini. Bisa Dan yang paling efektif dan efisien dilakukan adalah dengan menggunakan insektisida ( cara kimiawi). Pemilihan insektisida yang tepat sangat penting agar tidak menyebabkan kerugian, karena saat ini banyak sekali merek dagang insektisida yang di jual di pasaran dengan harga dan kualitas yang bervariasi. Pekebun dan petani harus cermat dan teliti dalam memilih insektisida.

Umumnya insektisida yang tersedia dipasaran bersifat tidak selektif sehingga mematikan juga serangga yang bermanfaat seperti musuk alami hama dan serangga penyerbuk. Hilangnya musuh alami tentunya bisa menimbulkan kerugian karena keseimbangan ekosistem yang terganggu.

Ledakan serangan hama terutama ulat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena kombinasi dari ketidakseimbangan ekosistem di tambah kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan hama dan pengendalian hama yang tidak efektif. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi perkebunan sawit.
Serangga penyerbuk ( Elaeidobius kamerunicus) dapat ikut mati apabila penanganan pengendalian hama tidak dilakukan dengan tepat. Ujung-ujungnya produktivitas hasil panendapat turun. Padahal yang diharapkan dari pengendalian hama adalah meminimalisir kerugian dan peningkatan produksi.

Saat ini PT. Nufarm Indonesia mempunyai insektisida biologi yang berbahan aktif Bacillus thuringiensis yaitu Dipel SC. Insektisida ini bekerja sangat efektif dalam mengendalikan ulat dan tentunya tidak berbahaya bagi serangga bermanfaat seperti musuh alami hama dan serangga penyerbuk Sangat cocok dalam pengendalian hama terpadu dan menjaga keseimbangan ekosistem. Dipel SC efektivitas pengengaliannya telah terbukti. Dengan teknologi Bacillus thuringiensis yang difermentasi dan diestraksi sehingga menghasilkan racun kristal dan spora. Dipel SC merupakan inovasi terdepan dalam pemanfaatan teknologi biologi karena memiliki bermacam varian racun kristal dan spora sangat efektif dalam pengendalian larva lepidoptera dan mengatasi hama yang sudah resisten.

carakerja

Dipel SC berbentuk cair yang memiliki formulasi khusus lebih stabil dan tidak membentuk sedimen. Keunggulan bentuk cair ini lebih mudah dalam aplikasi dan tidak menyumbat alat semprot yang artinya membantu efisensi kerja. Dipel SC tidak mudah tercuci oleh air serta melindungi dengan lebih baik. Cara kerjannya racun kristal dan spora yang akan bekerja apabila termakan oleh ulat. Dalam waktu singkat ulat akan berhenti makan dan kerusakan tanaman berhenti. Racun akan bekerja di dalam tubuh ulat dengan cara merusak dinding usus yang menyebabkan tergangunya metabolisme dari ulat tersebut dan akhirnya menyebabkan kematian ulat tersebut.

GEJALA LARVA TERPAPAR DIPEL SC
1. Gejala yang dapat dilihat dari luar adalah perubahan dari prilaku larva dan morfologi
2. Larva sakit akan berhenti makan, meninggalkan daerah tempat makan ke daerah permukaan daun atau brondolan
3. Sebelum mati, biasanya larva menadi lamban dan berwarna pucat

PETUNJUK PEMAKAIAN DIPEL SC

  • Mengetahui siklus hidup hama sasaran : DiPel SC efektif mengendalikan hama pada stadia larva, dan tidak efektif pada stadia pupa dan telur.
  • Dosis per aplikasi: 300 – 600 ml/ha
  • Knapksack sprayer : menggunakan konsentrasi 1 – 2 ml/lt air.
  • Waktu ideal untuk aplikasi DiPel SC adalah saat menjelang menetasnya telur atau saat larva masih muda. Pada kondisi lapang, waktu ideal ini sulit terpenuhi karena stadia hama sangat heterogen.
  • Untuk meningkatkan efektifitas pengendalian hama sasaran, maka aplikasi DiPel dilakukan sebaiknya 2 -3 kali dengan interval 10 – 14 hari

Bila disimpulkan keunggulan dari Dipel SC adalah :

1. Mengandung kristal Bacillus Thuringensis yang diproduksi dengan teknologi fermentasi tinggi
2. Mengandung beberapa protein racun kristal dan spora yang berbeda
3. Insektisida ini bekerja sebagai racun lambung yang hanya mematikan ulat sehingga tidak menimbulkan masalah terhadap serangga penyerbuk buah kelapa sawit serta musuh alami termaksud lebah
4. Setelah ulat memakan daun hanya dalam hitungan jam akan berhenti makan dan dalam waktu 2 -3 hari akan mati
5. Klasifikasi toksilogi Dipel SC berada dalam kelas IV sehingga tidak ada efek langsung pada manusia dan mamalia

Disarankan untuk selalu melakukan pengamtan dan sensus hama agar dapat melakukan pengendalian hama sejak dini dan terpadu