Solusi Strategis Pengendalian  Hama Penggerek Buah Sawit Menggunakan DiPel SC

Produksi minyak sawit ditinjau secara kuantitas mengalami penurunan sebesar 3% disepanjang tahun 2022. Tercatat kemerosotan total produksi minyak sawit dari 4,36 juta ton menjadi 4,22 juta di awal tahun. Secara detail, jumlah produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) atau CPO sekitar 3,86 juta ton telah menurun 3% setiap bulan. Sementara, jumlah produksi minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil) atau CPKO sekitar 365 ribu ton telah menurun sekitar 3,95%. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga melaporkan bahwa penurunan pada produksi minyak sawit pada 2 bulan terkhir di tahun 2022 sebesar 5%.

Kondisi tersebut ternyata dipengaruhi oleh kualitas kelapa sawit yang rendah dan perubahan musim. Berkurangnya kualitas kelapa sawit dapat disebabkan banyak faktor, seperti ketersediaan air yang kecil, pemupukan yang kurang optimal, dan jenis hama penyakit tumbuhan (HPT). Namun, diantara semua pemicu penurunan produktifitas kelapa sawit tersebut, HPT menjadi aspek penting yang perlu diwaspadai. Laporan dari Dirjen Perkebunan tahun 2020 menyatakan bahwa serangan HPT mampu menjatuhkan nilai produksi dan kualitas tanaman perkebunan. Dampak utama, diperkirakan produksi menurun sampai 40%. Disamping itu, serangan HPT juga mampu menurunkan kualitas kelapa sawit sehinga nilai jual menjadi rendah.

Salah satu hama utama tanaman kelapa sawit yaitu penggerek tandan buah (Tirathaba mundella). Hama tersebut muncul disebabkan oleh sanitasi yang kurang sempurna, terutama pada kondisi tandan yang telah membusuk dan keadaan lahan yang bergulma. Situasi semakin parah pada tanaman kelapa sawit yang berusia 3-5 tahun. Gejala serangan yang disebabkan oleh hama ini yaitu terdapat bekas gerekan ulat pada bagian dalam inti buah maupun luar buah, sehingga buah akan mengalami kecacatan sampai panen. Pada serangan baru, bekas gerekan masih berwarna merah muda sedangkan serangan lama berupa feses dan terdapat benang-benang liur larva dipermukaan tandan menyebabkan warna berubah menjadi coklat kehitaman.

Pengendalian hama penggerek tandan buah ini harus dilakukan secara tuntas tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem, misalnya membahayakan siklus hidup serangga penyerbuk. Menurut pakar ilmu perlindungan tanaman, berkurangnya populasi serangga penyerbuk dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga 30%. Sementara siklus hidup hama Tirathaba mudella memerlukan waktu sebulan penuh dari fase telur hingga dewasa. Oleh karena itu dibutuhkan insektisida efektif yang mampu menekan pertumbuhan larva Tirathaba mudella dan aman bagi serangga penyerbuk.

DiPel SC adalah pilihan cerdas untuk mengendalikan hama penggerek tandan buah pada tanaman kelapa sawit. Insektisida biorational nomor satu di dunia ini mengandung bahan aktif Bacillus thuringensis var. kurstaki yang dikombinasikan dengan empat varian racun kristal sekaligus spora alami. Daya kendali yang dimiliki sangat efektif terhadap hama sasaran tanpa membahayakan serangga penyerbuk Elaeidobius kamerunicus dan musuh alami. Selain itu, variasi bahan aktif ini juga mampu mengatasi hama sasaran yang telah mengalami resistensi, sehingga produk Nufarm satu ini sesuai untuk perkebunan modern yang berwawasan lingkungan.

Sistem kerja dari DiPel SC yaitu sebagai racun lambung yang dapat mengganggu metabolisme tubuh pada hama sasaran. Secara detail, hama Tirathaba mudella akan memakan jaringan tumbuhan yang telah terpapar DiPel SC, kemudian racun kristal akan masuk kedalam sistem pencernaan dan larut di dalam air. Racun kristal akan menempel pada reseptor yang mengakibatkan dinding usus menjadi pecah dan spora tumbuh melalui jaringan tubuh yang rusak. Sehingga hama akan berhenti makan dalam waktu singkat dan akhirnya mati dalam waktu 2-3 hari.

Strategi pengendalian hama Tirathaba mundella harus sesuai anjuran supaya mendapatkan hasil yang optimal. Aplikator sebaiknya menggunakan alat semprot knapsack sprayer/motorized sprayer dalam tekanan minimal 1,5 bar dengan solid cone nozle. Konsentrasi DiPel SC yang direkomendasikan minimal 2 ml/l atau dengan dosis (250-300) ml/ha. Waktu ideal untuk aplikasi DiPel SC yaitu saat menjelang menetasnya telur atau saat larva masih muda. Cara mengaplikasikan DiPel SC dengan menyemprot bagian tanaman yang terserang secara merata, terutama bagian tandan dan bunga hingga basah. Hasil akan lebih maksimal jika dilakukan penyemprotan 2-3 kali dengan interval 10-14 hari


Informasi produk perlindungan di tanaman kelapa sawit lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Kelapa Sawit.