Pengendalian Penyakit Busuk Daun Dengan Pythoklor 82,5 WG
Cuaca ekstrem yang melanda di beberapa wilayah Indonesia menjadi ancaman serius bagi sektor pertanian, terutama komoditas yang berpengaruh dalam pemenuhan pangan nasional. Sejumlah petani mengeluh atas fenomena cuaca yang buruk. Mereka tidak bisa memprediksi kapan waktu kemarau dan kapan waktu hujan, sehingga petani harus menerima nasib kerugian atas kegagalan panen di lahan. Pada tahun 2022, salah satu petani dari Provinsi Gorontalo merasa resah atas perubahan cuaca yang tidak menentu yang berimbas pada kematian tanaman hortikultura. Padahal secara input pemberian pupuk dan pestisida sudah terpenuhi dengan optimal, namun hujan yang begitu deras membanjiri lokasi tanam menyebabkan tanaman banyak yang mati (Pusat Studi Perdagangan Dunia UGM, 2022).
Akibat adanya perubahan iklim sulit bagi petani memprediksi cuaca. Ketidakmampuan untuk menentukan cuaca tersebut berdampak pada manajemen pengendalian yang kurang optimal, seperti menurunnya kesuburan tanah, invasi pertumbuhan gulma, serta meningkatnya populasi serangan hama dan penyakit. Jika melihat kejadian tahun terakhir, hama dan penyakit menjadi ancaman serius pada penurunan hasil produksi, ditambah cuaca yang cenderung hangat memicu perkembangan mereka lebih besar, terutama cendawan patogen. Beberapa tanaman yang mudah terserang penyakit dikala cuaca ekstrem adalah cabai, bawang merah dan kentang. Komoditas diatas memiliki kasus penyakit yang hampir sama jika dilihat dari gejala serangan.
Penyakit utama yang sering muncul saat musim hujan adalah busuk daun yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora infestans, terutama terjadi pada lingkungan bersuhu 21°C. Cendawan tersebut mampu menyerang seluruh bagian tanaman baik daun, batang, umbi, hingga perakaran. Pada tanaman kentang, daun yang terserang menunjukkan gejala adanya bercak kecil kebasah-basahan berwarna hijau kelabu berubah menjadi coklat gelap. Bercak akan meluas ke seluruh daun sehingga daun akan busuk dan kering. Biasanya di bawah daun yang terserang terdapat konidia spora berwarna putih. Sedangkan, serangan pada umbi ditandai dengan adanya bercak berwarna coklat sampai ungu kehitaman. Pada serangan lanjut, umbi akan busuk dan tidak dapat di panen
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang diakibatkan oleh cendawan perlu digalakkan secara cepat dan tepat, seperti penggunaan fungisida Phytoklor 82,5 WG dari Nufarm. Fungisida ini bersifat kontak, berbentuk granula dengan bahan aktif klorotalonil 82,5%. Disamping itu, Phytoklor dilengkapi dengan micronutrient ++ yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan, sehingga tanaman menjadi lebih hijau segar, batang kokoh dan besar.
Pemakaian Phytoklor secara efektif membantu tanaman lebih tahan terhadap serangan penyakit busuk daun dan bercak ungu pada musim ekstrem, sebab zat yang terkandung mampu merangsang pertumbuhan bulu halus pada daun dan batang sehingga tanaman memiliki skin protection lebih tinggi.
Informasi produk perlindungan di tanaman Bawang Merah lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Kentang