Starlon 665 EC Herbisida Spesialis Pengendalian Gulma Berkayu

Dalam budidaya tanaman perkebunan, gulma merupakan salah satu faktor penghambat yang memberikan banyak kerugian. Dengan kemampuan beradaptasi yang tinggi, gulma dapat tumbuh mendominasi dimana saja termasuk di areal budidaya. Keberadaan gulma akan menyaingi tanaman budidaya untuk mendapatkan air dan hara serta cahaya, menyulitkan aktifitas budidaya, bahkan dapat menjadi tempat bernaung hama dan penyakit yang akan menyerang tanaman budidaya. Menurut Sukman dan Yakup (2002), gulma merupakan salah satu tumbuhan pengganggu tanaman utama yang dapat menurunkan hasil produksi 

Salah satu jenis gulma yang sukar dikendalikan adalah gulma berkayu. Gulma berkayu merupakan gulma perennial spesial yang batangnya mengalami pertumbuhan sekunder dan tumbuh membersar secara tahunan. Gulma dari golongan ini biasanya adalah tumbuhan perdu dan pohon. Gulma berkayu sering kali ditemukan pada lahan budidaya perkebunan, salah satunya adalah perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit mempunyai tingkat kanopi tinggi sehingga memberikan kondisi lingkungan yang mendukung bagi keberadaan gulma, termasuk gulma golongan berbahaya yang memiliki daya saing tinggi terhadap tanaman. Keberadaan gulma di gawangan perkebunan kelapa sawit akan menyulitkan kegiatan pemanenan, pengutipan brondolan kelapa sawit dan mengurangi efektivitas pemupukan. Selain itu, gulma juga akan menyulitkan dan mengurangi produktifitas tenaga kerja (PPKS, 2010). Pada lahan perkebunan dengan tingkat populasi gulma tinggi akan memberikan pengurangan hasil yang cukup signifikan.

Pengendalian gulma termasuk sulit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal, sehingga diperlukan metode pengendalian yang efektif dan efisien. Upaya pengendalian gulma yang terkenal efektif salah satunya adalah menggunakan perstisida kimia khusus yang disebut herbisida. PT. Nufarm sebagai penyedia pestisida memiliki salah satu produk herbisida spesialis gulma berkayu yaitu Starlon 665 EC. Herbisida ini menggunakan bahan aktif Triklopir BEE yang diformulasi secara baik dan stabil menjadi emulsi yang tahan paparan sinar matahari dan tidak menimbulkan endapan.

 

Starlon 665 EC bekerja secara sistemik sehingga dapat mencapai seluruh bagian tumbuhan gulma, khususnya gulma berkayu seperti minjangan (Cromolaena odorata), senduduk bulu (Clidemia hirta), harendong/senggani (Melastoma malabathricum), dan sembung rambat (Mikania micrantha). Salah satu percobaan pengaplikasian Stralon 665 EC pada lahan yang penuh gulma Rolanda fruticosa. Pada 90 hari setelah aplikasi terlihat gulma mengering sempurna pada bagian akar, batang, dan daun sehingga sanitasi dapat dilakukan lebih mudah

Dosis aplikasi Starlon 665 EC yaitu 0,5-1 liter/ha pada waktu gulma sedang aktif. Starlon 665 EC dapat digunakan pada gulma anakan kayu (tukulan) ataupun gulma tunggul kayu. Pengaplikasian Starlon 665 EC pada gulma tunggul kayu menggunakan metode berbeda. Tunggul kayu harus dilukai selebar 20-30 cm pada bagian batang setinggi 75 cm dari tanah. Bagian pelukaan tersebut kemudian dioleskan campuran 100 ml Starlon 665 EC dengan 1 liter solar. Tunggul akan mati saat 60 hari setelah pengaplikasian.

Pengendalian menggunakan herbisida yang efektif tidak hanya mempermudah pengendalian, tetapi juga dapat menekan biaya tenaga kerja, sehingga produktifitas tanaman tetap tinggi dan biaya tenaga kerja akan berkurang. Dengan Starlon 665 EC, gulma berkayu, tunggul kayu akan terkendalian sempurna sehingga tanaman dapat tumbuh berkembang secara sempurna.  Untuk memperluas spektrum gulma target, Starlon 665 EC juga dapat dicampur dengan herbisida glisofat dan parakuat.