Tanaman Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman yang memiliki peran penting untuk pemenuhan kebutuhan pangan manusia. Jagung juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan pakan ternak. Dengan kondisi tersebut menjadikan peluang bagi petani jagung untuk mengembangkan budidaya tanaman jagung agar produksi jagung meningkat.

Salah satu kendala yang dihadapi bertanam jagung adalah adanya organisme penganggu tumbuhan (OPT). Saat ini OPT yang mulai menganggu produktivitas jagung adalah ulat grayak (Spodoptera frugiperda). Hama tersebut merupakan hama asli daerah tropis dari Amerika Serikat hingga Argentina. Ulat FAW dapat menyerang lebih dari 80 spesies tanaman, termasuk jagung, padi, tebu, sayuran, dan kapas. FAW dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang signifikan apabila tidak ditangani dengan baik. Di Indonesia sendiri hama ulat grayak telah ditemukan pada beberapa lokasi pertanaman jagung di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Sumatera Selatan.

Penyebaran hama ulat ‘FAW’ memang begitu cepat, hingga menimbulkan dampak serius yang sangat merugikan. Mengenalinya dengan lebih detail dan kemudian melakukan upaya pengendalian yang maksimal menjadi solusi yang baik untuk mengatasi masalah serangan hama yang sangat rakus tersebut.

Ciri – ciri Ulat grayak FAW
• Memiliki bintik (pinacula) pada tubuh bagian dorsal berwarna gelap
• Kepala berwarna gelap dengan terdapat huruf Y terbalik berwarna pucat dibagian
depan kepala

Hama ulat FAW dapat merusak tanaman jagung dalam waktu singkat. Fase yang paling merusak dari hama jagung ini yaitu fase larva atau ulat. Hama ulat FAW merusak pertanaman jagung dengan cara menggerek daun tanaman jagung. Bahkan, pada kerusakan berat, kumpulan ulat ini seringkali menyebabkan daun tanaman hanya tersisa tulang daun dan batang tanaman jagung saja. Apabila kumpulan ulat jagung ini mencapai kepadatan rata-rata populasi 0.2 – 0.8 ulat per tanaman. Akibatnya, itu menjadikan pengurangan hasil produksi sebanyak 10 – 20%.
siklus

Telur diletakkan berkelompok di bawah atau atas permukaan daun, awalnya berwarna putih bening atau hijau pucat, hari berikutnya berubah menjadi hijau kecoklatan, dan berwarna cokelat saat akan menetas.

Larva atau Ulat terdiri dari 6 stadia instar, ulat instar 1-5 berwarna pucat kemudian berwarna cokelat hingga hijau muda dan berubah menjadi lebih gelap pada tahap perkembangan akhir, lama stadia ulat sekitar 12-20 hari. Ulat instar akhir (stadia 6) atau instar 3 adalah stadia ulat yang paling mudah diidentifikasi. Terlihat empat titik hitam yang membentuk persegi di segmen kedua terakhir (segmen ke-8 abdomen) tubuhnya. Kepala berwarna gelap; terdapat bentukan huruf Y terbalik berwarna lebih terang di bagian depan kepala.

Pupa atau Kepompong berwarna cokelat gelap biasanya berada di permukaan tanah, masa berpupa berlangsung selama 12-14 hari sebelum tahap dewasa muncul.
Imago atau Ngengat, memiiki bentangan sayap selebar 3-4 cm, sayap bagian depan berwarna cokelat gelap, sedangkan sayap belakang berwarna putih keabuan. Ngengat hidup 2-3 minggu sebelum mati. Ngengat betina dalam satu siklus hidupnya mampu bertelur hingga 1000 telur.

Gejala serangan Ulat FAW
• Adanya bekas gerekan dari ulat
• Pada permukaan atas daun atau disekitar pucuk tanaman jagung, ditemukan serbuk kasar seperti serbuk gergaji.
• Ketika populasi ulat FAW ini sangat tinggi, maka bagian tongkol jagung juga akan diserang oleh hama ini.

Salah satu hal penting yang perlu diketahui oleh petani jagung di lapangan untuk mengendalikan hama tersebut adalah dengan melakukan pengamatan langsung di pertanaman jagung. Lalu melakukan upaya pengendalian sedini mungkin membasmi ulatnya dengan Penggunaan Insektisida yang Tepat.

PT. Nufarm Indonesia mempunyai insektisida Siklon 5,7 WG (bahan aktif : Emamektin benzoat 5,7%) yang merupakan insektisida kontak dan lambung yang bekerja secara translaminar. Dengan penggunaan dosis 5 gr per tangki atau 1 sachet Siklon untuk 5 tangki ukuran 15 L air, terbukti efektif mengendalikan ulat FAW (Spodoptera frugiperda) pada Tanaman Jagung

Keunggulan Siklon
• Bahan aktif tinggi, sehingga dosis lebih hemat
• Butiran formulasi yang mudah larut sempurna dalam air
• Racun kontak yang mematikan ulat secara cepat
• Memiliki spektrum pengendalian yang luas

Kami merekomendasikan aplikasi insektisida sebaiknya juga dilakukan pada malam hari, atau sore hari setelah matahari tenggelam, mengingat ulat FAW merupakan hewan yang aktif pada malam hari. “Hal ini untuk memaksimalkan hasil penyemprotan, karena ulatnya bisa terkena langsung insektisida. Selain Siklon 5,7 WG pengendalian hama ulat FAW juga dapat menggunakan Insektisida Oblivion 300 SC (bahan aktif : Indoksakarb 120 g/L + Klorfenapir 180 g/L) . Untuk mencegah resistensi terhadap hama ulat FAW kami selalu menganjurkan untuk merotasi penggunaan untuk memutus rantai resistensi hama.