Herbisida Andalan Persiapan Lahan Tanam Padi
Padi merupakan komoditas tanaman pangan penghasil beras yang utama bagi masyarakat di Indonesia. Kurang lebih 90% dari seluruh masyarakat indonesia menjadikan padi sebagai tanaman pangan untuk bahan makanan pokok sehari-hari. Produksi padi di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 71.279.709 ton dengan luas panen 13.835.2522 hektar. Hal tersebut masih belum memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi tanaman padi per satuan luas masih rendah (Simanjuntak et. al, 2016). Dalam mencukupi kebutuhan beras secara nasional diperlukan usaha yang nyata untuk meningkatkan produksi beras. Usaha yang bisa dilakukan mengenai penurunan luas lahan sawah produktif yaitu mengoptimalkan pemanfaatan lahan sawah..
Persiapan lahan dalam penanaman padi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pengolahan tanah intensif (OTI) atau penanaman konvensional yang secara turun temurun masih dilakukan oleh petani, di mana teknik ini dapat menyebabkan erosi tanah. Selain itu, persiapan lahan dapat juga dilakukan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT). Perbedaan penanaman padi dengan sistem tanpa olah tanah (TOT) dengan penanaman konvensional yaitu sistem TOT tidak melakukan pembajakan tanah, sebagai gantinya yaitu dengan cara penggunaan herbisida pada sisa tanaman atau gulma yang tumbuh (Rifa’i et. al, 2023).
Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang tidak secara langsung merusak tanaman, namun menyebabkan persaingan dalam penyerapan unsur hara sehingga tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan optimal. Keberadaan gulma pada lahan padi dapat menurunkan hasil padi hingga 55% apabila tidak dikendalikan. Kerugian yang timbul dengan adanya gulma pada sistem tanpa olah tanah (TOT) dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menganggu aktivitas tanaman seperti pemupukan, menurunkan kualitas dan kuantitas produksi padi.
Singgang padi merupakan salah satu gulma yang memiliki banyak dampak negatif ketika dibiarkan dan tidak dikendalikan dalam persiapan lahan. Singgang padi dapat menjadi inang (tempat) berkembangbiak hama-hama. Selain itu, Singgang padi yang tidak dikendalikan juga mampu mengakibatkan terjadinya penyakit asam-asaman yang diakbitatkan oleh terjdinya proses dekomposisi yang mengakibatkan tanah suhu pada tanah menjadi naik dan berdampak kepada ketersediaan unsur hara yang terikat pada proses dekomposisi ini. Untuk itu, perlu dilakukan pengendalian secara menyeluruh agar singgang padi justru menjadi keuntungan bukan merugikan kita semua.
Gambar 1. Pengendalian Singgang Padi
Menanggapi hal tersebut, Nufarm memberikan solusi untuk mengendalikan gulma dalam mempersiapkan lahan tanaman padi. Roundup Biosorb atau dapat juga disebut dengan Roundup 486 SL merupakan herbisida purna tumbuh bersifat sistematik yang memiliki bahan aktif glifosat, yang diproduksi dengan Teknologi Biosorb serta menggunakan surfaktan yang dipatenkan. Racun pada roundup biosorb 3 kali lebih cepat masuk ke dalam gulma daripada herbisida lain sehingga lebih tahan dalam jangka waktu yang lama setelah penyemprotan di mana cocok untuk digunakan dalam persiapan lahan.
Herbisida Roundup Biosorb 486 SL memiliki banyak keunggulan seperti dapat digunakan pada jenis gulma yang lebih beragam, meskipun gulma yang sulit untuk dibasmi. Selain itu, herbisida ini tumbuh lebih lama serta tidak perlu menambahkan bahan surfaktan lain sehingga dapat menghemat biaya. Apabila hujan turun setelah penyemprotan, tidak perlu untuk melakukan penyemprotan ulang karena roundup tahan 1 hingga 2 jam dan gulma tetap terkendali.
Roundup sangat efektif dalam pengendalian singgang padi. Singang padi yang diaplikasikan dengan Roundup mamberikan banyak dampak positif yakni:
- Mengendalikan singgang padi hingga ke akar-akarnya
- Memutus siklus hidup hama dan penyakit pada singgang padi
- Menghasilkan pupuk organik, yang berasal dari singgang padi yang telah terdekomposisi dengan sempurna
- Mencegah terjadinya serangan asam-asaman . Gambar 2. Herbisida Roundup 486 SL
Selain itu, Pengunaan roundup biosorb pada persiapan tanam terutama sistem tanpa olah tanah (TOT) pada gulma umum dapat dilakukan dengan cara:
- Alang-alang pada tempat terlindung dengan dosis 3 – 6 liter/ha yang dilakukan pada saat gulma tumbuh subur.
- Alang-alang pada tempat terbuka dengan dosis 4 – 6 liter/ha yang dilakukan pada saat gulma tumbuh subur.
Terpercaya digunakan oleh para petani di Indonesia dalam mempersiapkan lahan tanaman padi.