Perkembangan bioteknologi dibidang pertanian telah membawa dampak besar terhadap peningkatan produktivitas jagung di Indonesia. Tahun 2022 Kementan RI berturut-turut merilis varietas jagung dari produk rekayasa genetik (PRG) atau familiar disebut jagung bioteknologi. Secara istilah jagung bioteknologi merujuk pada hasil rekayasa genetika yang dirancang untuk memiliki sifat unggul dibanding dengan jagung konvensional, seperti hasil produksi lebih tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit, serta kondisi lingkungan yang kurang optimal.

Gambar 1. Tanaman Jagung Siap Panen

Jagung bioteknologi juga mempunyai karakteristik tahan terhadap herbisida tertentu seperti glifosat, hal ini memudahkan petani untuk mengendalikan gulma tanpa merusak tanaman jagung. Kandungan bahan aktif glifosat sudah banyak digunakan petani diseluruh dunia untuk menangani masalah gulma yang tumbuh di lahan pertanian. Salah satu produk herbisida berbasis glifosat yang telah teruji aman dan efektif dalam budidaya tanaman jagung adalah Roundup.

Roundup merupakan herbisida purna tumbuh dengan bahan aktif glifosat yang diproduksi dengan teknologi biosorb serta menggunakan surfaktan yang dipatenkan, sehingga dapat diserap 3 kali lebih cepat, 3 kali lebih banyak, dan pengendalian gulma sampai tuntas. Keunggulan Roundup Biosorb dibandingkan dengan herbisida yang lainnya adalah:

  1. Dapat mengendalikan hampir semua jenis gulma, termasuk gulma yang bandel.
  2. Lebih tahan hujan 1-2 jam setelah aplikasi, memungkinkan risiko bahan aktif tercuci lebih rendah.
  3. Lebih fleksibel digunakan di lapang dengan mengedepankan kualitas.

Gambar 2. Roundup Biosorb

Penggunaan Roundup harus sesuai rekomendasi penggunaan. Dosis yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di lahan terbuka yaitu 6-10 liter/ha. Beberapa kajian menyebutkan bahwa penggunaan Roundup yang sesuai dosis tidak akan meninggalkan residu pada tanaman pokok. Pada jagung dari hasil rekayasa genetika, Roundup akan bekerja secara sinergis untuk mengendalikan gulma tanpa memberikan efek berarti bagi pertumbuhan tanaman.

Gambar 3. Aplikasi Roundup pada jagung bioteknologi

Ada beberapa varietas jagung bioteknologi yang tahan terhadap glifosat seperti Roundup Ready Corn yang sudah melewati uji kelayakan yang ketat sebelum diproduksi secara masal. Menurut pakar ahli kesehatan, Roundup Ready Corn relatif aman dan tidak menimbulkan resiko kesehatan yang signifikan, sehingga dapat dikonsumsi oleh manusia dan hewan ternak. Hasil pengujian Roundup pada jagung bioteknologi telah membawa inovasi yang cemerlang pada dunia pertanian, yaitu:

  1. Spesifik pada Gulma, Tidak Merusak Tanaman: Jagung yang telah dimodifikasi secara genetik untuk tahan terhadap glifosat tidak terpengaruh oleh semprotan Roundup. Artinya, petani dapat mengendalikan gulma tanpa mengganggu pertumbuhan jagung mereka.
  2. Penurunan Penggunaan Herbisida Berlebihan: Dengan ketahanan terhadap glifosat, petani dapat mengurangi jumlah dan frekuensi aplikasi herbisida lain yang mungkin lebih beracun atau berbahaya. Penggunaan yang tepat dari Roundup pada jagung bioteknologi membantu mengurangi dampak negatif herbisida terhadap kesehatan dan lingkungan.
  3. Aman bagi Kesehatan: Roundup telah diuji dari aspek keamanan pangan, termasuk pada produk jagung bioteknologi. Sebagian besar kajian ilmiah internasional tidak menemukan hubungan signifikan antara penggunaan glifosat dan dampak buruk pada kesehatan manusia jika digunakan sesuai pedoman.
  4. Aman bagi Lingkungan: Berbagai kajian ilmiah telah menunjukkan bahwa glifosat cepat terurai di tanah, sehingga tidak meninggalkan residu jangka panjang. Hal ini mengartikan bahwa glifosat tidak merusak kualitas tanah atau mencemari sumber air.

Roundup memiliki mutu yang terjamin apabila digunakan pada jagung bioteknologi. Atas dasar penelitian ilmiah dan pengujian regulasi, penggunaan herbisida ini telah diakui sebagai solusi efisien bagi petani di seluruh dunia dalam mengelola gulma dan meningkatkan hasil produksi.