Kurangi Persen Beras Patah Dengan Fungisida Wuz 200/125 SC

Padi masih menjadi tanaman yang menghasilkan beras sebagai sumber karbohidrat utama nomor satu di Indonesia. Badan Pusat Statistik di tahun 2021 merilis data produksi padi yang mencapai ± 54,42 Juta Ton GKG. Jumlah ini jika dikonversikan menjadi beras mencapai sekitar 31,36 Juta Ton, turun sebesar 140,73 Ribu Ton (0,45 %) dibandingkan dengan produksi beras tahun 2020. Disamping itu, luas panen padi di tahun 2021 juga mengalami penurunan sebesar 0,25 Juta Hektar (0,25%), lebih tepatnya dari 10,66 Juta Hektar menjadi 10,41 Juta Hektar. Menilik data tersebut tentunya upaya peningkatan hasil panen padi sangat diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan pokok ± 270 juta jiwa penduduk di Indonesia.

 

Pemerintah melalui program strategisnya telah melakukan berbagai upaya seperti perbaikan paket teknologi budidaya dan pasca panen, peningkatan mutu intensifikasi dan luas areal tanaman, rehabilitasi lahan serta ekspansi lahan sawah baru. Usaha ini sebagai bentuk dukungan dan harapan yang cukup besar agar produksi beras dapat meningkat di level nasional. Di tingkat petani juga telah mengikuti cara-cara yang dianjurkan seperti implementasi sistem tanam jajar legowo, penggunaan benih unggul berkualitas serta pemilihan dan aplikasi pupuk dan pestisida yang tepat. Kendati demikian masih banyak ditemukan perbedaan potensi produktifitas tanaman padi. Selain itu, Berbagai faktor penghambat produksi kerapkali dihadapi oleh petani misalnya saja serangan jamur Pycularia oryzaini atau yang dikenal umum dengan penyakit blast, bila tidak diantisipasi sejak awal menurunkan produksi hingga 80%.

Dalam rangka meningkatkan hasil panen padi tidak cukup hanya dengan memberikan pupuk dan suplemen saja, namun proteksi dari berbagai serangan penyakit juga harus menjadi perhatian utama. Macam-macam penyakit utama yang diwaspadai dapat menurunkan hasil panen padi diantaranya penyakit Blast (Pyricularia oryza), Penyakit Kresek, (Xanthomonas oryzae), Penyakit busuk batang (Helminthosporium sp.), Penyakit hawar pelepah (Rhizoctonia solani). Pertanyaan yang seringkali muncul adalah “fungisida apa yang paling ampuh dan tepat untuk mengendalikan penyakit-penyakit tersebut dan memiliki performa meningkatkan hasil panen?”.

Nufarm dengan produk fungisida WUZ 200/125 SC masih menjadi yang terbaik dan terbukti ampuh mengendalikan penyakit utama pada tanaman padi serta mampu meningkatkan hasil panen padi. WUZ 325 SC adalah fungisida majemuk yang bekerja secara sistemik dengan bahan aktif Azoksistrobin 200 g/L dan Difenokonazol 125 g/L.

Kerjasama kedua bahan aktif ini (azoksistrobin dan difenokonazol), mampu  melindungi dan mengobati dari serangan pathogen di seluruh bagian tanaman padi. Patogen utama yang dikendalikan seperti Pyricularia oryzae, Xanthomonas oryzae, Helmintosporium sp., Rhizoctonia sp. Dalam pemakaiannya, WUZ 200/125 SC juga dapat dicampur dengan ZPT seperti Gibgro 10 SP atau Gibgro 20 SP. Rekomendasi konsentrasi penggunaan adalah 1 ml/liter air.

Selain biaya aplikasi Wuz 200/125 SC yang lebih hemat Rp 15,000/ha, para petani padi juga merasakan manfaat lain :

 

Mampu mengendalikan patogen Pyricularia oryzae yang menyebabkan penyakit blast, baik pada daun maupun pada batang padi.

  • Daun bendera yang lebih hijau sampai 80 HST dan akan meningkatkan kadar klorofil daun & meningkatkan fotosintesis di daun serta memacu tanaman menyerap pupuk nitrogen.
  • Pada umur >75 HST, walaupun daun benderanya berwarna hijau, tetapi gabah sudah menguning.
  • Efek yang timbul selanjutnya adalah : tiap butir gabah lebih padat dan bernas.

Efek yang timbul selanjutnya adalah : tiap butir gabah lebih padat dan bernas.Karena gabah terisi penuh dan lebih bernas, mengakibatkan kualitas beras menjadi lebih baik. Persentase beras patah kurang 3%.

Informasi produk perlindungan di tanaman Padi lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Padi