Pengendalian Hama Penggerek Batang Padi ( Sundep & Beluk)

Gagal panen padi sering kali disebabkan oleh OPT yang menyerang disaat fase vegetatif padi. Salah satu OPT yang menyerang saat fase vegetatif padi adalah penggerek batang padi atau dikenal sundep. Sundep (deadhearts) adalah kondisi dimana tanaman padi mati muda (tiller) akibat serangan di titik tumbuhnya. Selain itu, penggerek batang padi juga dapat menyerang di fase generatif dan menyebabkan kerugian yang cukup besar. Fenomena ini disebut beluk (whitehaeads) yang bergejala dengan gejala malai mati dengan bulir hampa yang kelihatan berwarna putih.

Serangan penggerek batang padi telah lama ditemui dan menjadi masalah di daerah podusen padi di Indonesia. Intensitas serangan yang tinggi membuat ham ini dikategorikan sebagai hama utama tanaman padi. Menurut (Umakamea et al. 2020) Kerugian setiap tahun yang disebabkan oleh penggerek batang padi mencapai 10-30%, bahlan dapat menyebabkan puso (gagal panen). Di Indonesia sendiri terdapat enam jenis penggerek batang padi, namun hanya empat jenis yang sering menyerang pertanaman padi, yaitu PBP kuning (S. interculas), PBP putih (S. Innotata), PBP bergaris (C. suppressalis) dan, PBP merah jambu (S. inferens). Penggerek batang padi kuning memakan bagian dalam batang padi (Bandong and Litsinger 2005), sehingga hama ini sering menimbulkan kegagalan panen.

Gejala sundep akan terlihat pada padi ketika berumur 21 hari setelah pindah tanam. Satu minggu setelahnya, PBP akan bertelur sekitar 50-150 butir/kelompok yang diletakkan pada daun bagian ujung, dan akan menetas setelah 6-7 hari. Larva dari lipatan daun akan langsung menggerek ke dalam batang dan makan pada bagian permukaan dalam jaringan sehingga menimbulkan kerusakan pada pembuluh batang padi. Masa perusakan tanaman oleh larva berkisar antara 10-15 hari hingga akhirnya larva berubah menjadi imago. Akibat dari perusakan sistem pembuluh menyebabkan pucuk batang padi akan kering menguning dan menjadi mudah dicabut. Sedangkan gejala beluk akan menghambat pengisian gabah pada malai karena kerusakan pada pembuluh batang padi.

Umur tanaman padi menjadi faktor yang mempengaruhi populasi penggerek batang padi, dimana larva PBP lebih cenderung menyerang tanaman padi muda disbanding tanaman padi tua (Affandi 2018). Hal ini menjelaskan bahwa tingkat kerusakan pada fase vegetatif atau sundep lebih besar dibandingkan fase generatif atau beluk. Kerusakan yang amat tinggi ini hanya dapat dikendalikan dengan solusi tepat, salah satunya menggunakan insektisida yang bekerja cepat dan tepat seperti Oblivion 300 SC.

Untuk mendapatkan hasil pengendalian yang optimal, penggunaan insektisida Oblivon 300 SC harus sesuai dengan rekomendasi pemakaian. Dosis aplikasi yaitu 2 ml/L yang dapat digunakan pada padi berumur 20, 45, dan 65 HST. Dengan dosis tersebut, 1 botol berisi 100 ml dapat mengendalikan 1 hektar lahan padi sehingga sangat terjangkau. Dengan Oblivion 300 SC, kendalikan penggerek padi dengan Manjur, Tuntas, dan Irit.

Informasi produk perlindungan di tanaman padi  lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Padi