Cegah dan Atasi Penyakit Busuk Gabah (Burkholderia glumae) di Tanaman Padi
Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia. Produksi padi tahun 2020 mengalamai peningkatan sebesar 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya, namun kebutuhan pangan yang terus meningkat menyebabkan ketidak seimbangan antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Upaya peningkatan produksi harus terus dilakukan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Tantangan serius dalam meningkatkan produksi padi adalah kehadiran organisme pengganggu tumbuhan atau disebut OPT. Pada beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, serangan hama dan penyakit mampu menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman secara signifikan, yaitu bias mencapai 40-80%. Salah satu OPT yang dikenal merugikan petani adalah penyakit busuk gabah yang disebabkan oleh bakteri Burkholderia glumae.
Penyakit tersebut pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1987 di Kecamatan Indihiang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat ((Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan 1992). Penyakit busuk gabah memiliki ciri-ciri bulir padi mengalami pembusukan bahkan hampa sehingga menyebabkan kehilangan hasil yang nyata. Penyakit busuk gabah digolongkan sebagai emerging infectious disease (EID) yang memiliki karakteristik meningkatnya insidensi, sebaran geografis, dan berubahnya patogenisitas dalam waktu singkat (Wiyono 2017).
Upaya pengendalian penyakit busuk gabah adalah pencegahan sejak dini, dan harus dilakukan secara cepat, tepat dan tuntas. Pengendalian preventif perlu dilakukan karena sifat serangan bakteri yang relatif cepat dan mudah beradaptasi di lingkungan baru. Saat ini Nufarm memiliki bakterisida yang ampuh mencegah dan mengatasi penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, termasuk penyakit busuk gabah bakteri Burkholderia glumae. Bakterisida yang dimaksud adalah Starner 20 WP.
Starner 20 WP merupakan satu-satunya bakterisida yang bekerja secara sistemik dengan bahan aktif: asam oksolinik 20% untuk menghambat dan mengendalikan penyakit layu bakteri pada Kentang dan Tomat, busuk lunak pada Kubis serta penyakit busuk gabah pada tanaman Padi. Keunggulan produk bakterisida tersebut yaitu:
- Bakterisida murni yang handal melindungi dari penyakit yang diakibatkan oleh bakteri baik pada tanaman maupun benih.
- Dapat dicampur dengan fungisida lainnya serta dapat digunakan dalam berbagai musim.
- Tidak menimbulkan keracunan pada tanaman.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penggunaan bakterisida Starner 20 WP harus sesuai dengan rekomendasi pemakaian. Konsentrasi yang disarankan yaitu 0,5-1 gram/liter pada seluruh bagian tanaman umur 20-30 hari setelah tanam atau bias diaplikasikan untuk pencegahan dan pengendalian serangan awal . Cara aplikasi bakterisida cukup di semprot menggunakan knapsack sprayer langsung ke tanaman. Sebelum mengaplikasikan Starner 20 WP, petani harus membaca label produk terlebih dahulu atau bertanya kepada petugas pertanian setempat untuk mendapatkan informasi lebih detail.