Cukup INOVATE 100 EC Untuk Mengendalikan Ulat Api Secara Efektif dan Ekonomis

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) telah mengeluarkan kebijakan untuk mengendalikan hama pada tanaman perkebunan.  Kebijakan tersebut memuat jenis-jenis hama tanaman perkebunan, cara pengamatan, dan alternatif pengendalian jika sewaktu-waktu terjadi ledakan yang besar. Serangan hama yang berat mampu menurunkan hasil produksi dan kualitas produk secara drastis. Mengutip pernyataan dari peneliti hama penyakit tanaman perkebunan, bahwa Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dapat menyusutkan produksi sekitar 30% – 40%. Akibatnya, banyak pelaku usaha tani mengalami kerugian. Kasus lain menunjukkan bahwa ledakan OPT dapat menjatuhkan kualitas produk perkebunan Indonesia sehingga sulit untuk menembus pasar ekspor.

Lantaran peningkatan populasi hama dan penyakit tumbuhan tidak lepas dari faktor lingkungan dan manajemen pengendalian. Terkait perubahan iklim di Indonesia, hama mengalami perubahan biologis baik secara reproduksi dan perilaku. Referensi dari Pradana (2020) menyebutkan bahwa kenaikan populasi hama ulat api di Kalimantan Selatan tahun 2017 sebanyak 30 larva/pelepah di areal 123 Ha. Kemudian ledakan kembali terjadi di Kalimantan Timur tahun 2019 sebanyak 28 larva/pelepah di areal 82 Ha. Mengikuti kondisi tersebut, pengamatan hama ulat di beberapa perusahaan sawit dapat menurunkan produksi 25% ditahun pertama, 50% – 75% ditahun kedua dan ketiga. Keparahan ini, disusul oleh kemunculan jenis – jenis ulat api lain, seperti Setora nitens dan Darna trima.

Namun hama ulat api yang paling populer di perkebunan sawit adalah Setothosea asigna. Ulat ini menjadi organisme penting yang perlu diperhatikan karena mampu merusak bagian daun secara menyeluruh. Padahal, fungsi daun sangat krusial bagi tumbuhan untuk melangsungkan proses fotosintesis. Jika organ tumbuhan ini cacat, maka secara tidak langsung dapat menghambat pembentukan bunga dan buah. Ulat Setothosea asigna memiliki warna hijau kekuningan dengan corak khas di punggungnya. Pada bagian punggung juga terdapat duri-duri yang tajam. Saat stadia larva hama ini membutuhkan waktu sekitar  49-50 hari untuk menjadi kepompong.

Gejala serangan yang ditunjukkan di lapangan adalah keberadaan telur ulat berwarna hijau kekuninan yang berbentuk oval. Biasanya telur terletak dibagian bawah daun, berjajar 3-4 baris. Kemudian helaian daun mulai terkikis pada bagian bawah hingga meninggalkan epidermis bagian atas. Pada serangan lanjutan, ulat akan memakan setiap helai daun tanaman sawit hingga menyisakan lidinya saja. Kondisi parah, Setothosea asigna mampu menghabiskan bagian daun sekitar 50% – 90%. Hama ini sangat menyukai daun tua kelapa sawit, namun apabila daun-daun tua telah habis mereka juga akan memakan daun muda termasuk pucuk tunas.

Melihat perkara ini, Nufarm berinisiatif memberikan solusi cepat, efektif dan ekonomis untuk mengendalikan ulat api. Solusi yang ditawarkan adalah Insektisia kontak Inovate 100 EC yang memiliki bahan aktif deltametrin tertinggi di kelasnya, yaitu 100 GAI/liter. Inovate memiliki efek knockdown yang tangguh, sehingga mampu mengurangi kerusakan yang lebih besar dan outbreak serangan dalam waktu singkat. Selain itu, Inovate bisa diaplikasikan dengan semua jenis alat semprot serta spektrum pengendalian pun luas, atau mampu mengendalikan jenis hama lainnya. Oleh karena itu, biaya penggunaan pestisida bisa ditekan sampai 40%.

Pengaplikasian Inovate harus mengikuti prosedur yang telah ditatapkan, seperti penyemprotan sesuai dosis atau konsentrasi anjuran. Pada ulat api Setothosea asigna, dosis yang direkomendasikan adalah 50-75 ml/ha atau konsentrasi 0,1 ml/l. Penyemprotan dilakukan satu kali, kemudian diamati jumlah mortaliatas pada hama sasaraan. Efek deltrametin pada Inovate biasanya terlihat 3-4 hari setelah aplikasi (HSA), ditandai dengan banyaknya hama yang berguguran dari atas daun. Apabila serangan parah, sebaiknya merotasi dengan insektisida yang cara kerjanya berbeda (mode of action) untuk mencegah resistensi.

Tambahan untuk aplikasi Thermal/Cold Fogger dengan dosis 100-200 ml/Ha

Informasi produk perlindungan di tanaman Sawit lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Sawit