Pencegahan dan Pengendalian Sejak Dini Penyakit Kresek/ Hawar Daun Bakteri di Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan terpenting yang banyak dibudidayakan karena sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Produksi rata-rata padi dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan . Pada tahun 2012 produksi padi sebesar 69,05 juta ton, kemudian menurun pada tahun 2018 yaitu 59,02 juta ton. Produksi semakin memburuk pada tahun 2022 lalu dengan hasil 54,74 juta ton. Berdasarkan grafik yang dipaparkan oleh BPS (2022), kenaikan produksi padi sangat tipis dan cenderung menurun dibandingkan dekade sebelumnya.

Penurunan produksi padi disebabkan oleh banyak faktor seperti pengalihan fungsi lahan pertanian, global warming, dan serangan hama dan penyakit tumbuhan (HPT). Kemunculan hama dan penyakit tumbuhan dinilai sebagai pemicu utama yang sering terjadi pada penurunan produksi padi. Salah satu penyakit utama tanaman padi adalah Hawar Daun Bakteri atau sering disebut penyakit kresek. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri gram negatif Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Wahyudi, 2011).

Hawar Daun Bakteri/kresek pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950 di Indonesia. Serangan penyakit kresek dapat menurunkan hasil panen pada musim hujan sebesar 21-29% dan pada musim kemarau sebesar 18-28%, bahkan serangan berat mampu menyebabkan puso dan gagal panen (Sudir, 2012). Gejala serangan yang ditimbulkan penyakit kresek adalah terdapat bercak nekrosis di sekitar tepi daun, yang semakin lama akan menyatu dan berubah menjadi kering kecoklatan. Ciri khas dari serangan kresek yaitu daun mengering tetapi tulang daunnya masih terlihat segar.

Xanthomonas oryzae menyerang pada semua fase pertumbuhan mulai dari persemaian hingga menjelang panen, menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau stomata dan merusak klorofil daun. Kondisi ini menyebabkan tanaman menjadi kesulitan dalam melakukan fotosintesis. Menurut Puspitasari (2014), apabila penularan penyakit hawar daun bakteri terjadi pada fase generatif maka proses pengisian gabah menjadi kurang sempurna Melihat risiko yang diakibatkan oleh penyakit kresek tersebut perlu pengendalian sejak dini (preventif) supaya tidak menular ke seluruh areal budidaya.

Penggunaan bakterisida tepat guna menjadi solusi terbaik untuk mencegah sekaligus mengatasi serangan penyakit kresek yang diakibatkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae. Nufarm hadir dengan teknologi mutakhir bakterisida Kuproxat 345 SC. Produk ini merupakan satu-satunya fungisida sekaligus bakterisida tembaga (Cu2+) dalam bentuk cair dengan ukuran partikel sangat kecil (0,6 µmikron) yang mampu melindungi tanaman dari busuk buah.

 

Keunggulan Kuproxat 345 SC sebagai berikut:

  1. Efektif mengendalikan penyakit kresek pada tanaman padi.
  2. Satu-satunya fungisida sekaligus bakterisida berbahan aktif tembaga oksi-sulfat dengan formulasi cair berteknologi tri base blue.
  3. Memiliki ukuran partikel lebih kecil sehingga menutup bagian tanaman lebih merata dan melindungi tanaman lebih baik.
  4. Diaplikasikan pada dosis rendah sehingga lebih ekonomis.
  5. Tidak mudah mengendap di dalam tangki semprot dan tidak akan menyumbat nozzle.
  6. Mengeluarkan ion Cu 2 + secara perlahan-lahan, sehingga tidak meracuni tanaman pokok dan melindungi tanaman dari jamur dan bakteri dalam waktu lama.

Penggunaan Kuproxat 345 SC harus sesuai rekomendasi penggunaan supaya mendapatkan hasil yang optimal. Dosis/konsentrasi untuk tanaman padi adalah 2-3 ml/liter, diaplikasikan apabila terdapat gejala serangan dengan interval 7-10 hari, atau sesuai keadaan serangan. Untuk mendapatkan informasi lebih detail petani bisa membaca label kemasan terlebih dahulu sebelum aplikasi atau bertanya kepada petugas pertanian setempat untuk menghindari kesalahan penggunaan.