Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi penting di Indonesia. Tanaman tomat banyak ditanam di dataran tinggi, dataran sedang dan dataran rendah yang dapat ditanam sepanjang tahun sesuai dengan varietas yang ditanam. Tomat merupakan sayuran yang dapat dikonsumsi dalam keadaan segar ataupun sebagai bahan baku industri makanan seperti saus tomat, obat – obatan dan kosmetik. Akar pada tanaman tomat terdiri dari akar tunggang, akar cabang dan akar serabut yang perakarannya tidak terlalu dalam dan menyebar kesemua arah. Buah tomat mempunyai bentuk yang bervariasi sesuai dengan varietas yang dibudidayakan, di mana buah tomat dapat berbentuk bulat, lonjong dan oval (Kartika et al., 2015).
Produksi tomat pada tahun 2016 sebesar 851.701 ton/tahun, selanjutnya mengalami penurunan sebesar 747.577 ton/tahun dan pada tahun 2018 kembali mengalami penurunan produksi menjadi 7070.601 ton/tahun, padahal bebutuhan konsumsi masyarakat akan tomat terus meningkat yaitu pada tahun 2018 sebanyak 915.987 ton (Apriliani et al., 2021). Kendala yang biasa dihadapi oleh Petani yang membudidayakan tanaman tomat yaitu adanya serangan penyakit busuk buah atau bintik hitam pada tomat.
Penyakit busuk buah atau bintik hitam merupakan penyakit paling umum yang dijumpai pada buah tomat. Penyakit busuk buah ini biasa disebut busuk buah antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum coccodes dan menyerang tomat yang sedang masak atau matang. Penyakit ini dapat menyebabkan kualitas buah yang buruk dan mengurangi hasil panen secara signifikan yang dapat mengakibatkan Petani gagal panen apabila tidak ditangani dengan tepat. Secara umum penyakit busuk buah memiliki gejala yaitu terdapat bercak kecil dan berair pada buah kulit tomat yang biasanya berbentuk bulat dan cekung yang semakin membesar, berwarna coklat yang semakin lama berbentuk lingkaran yang berpusat pada satu titik dan warnanya semakin menghitam. Penyakit ini juga dapat menyerang akar dan batang yang ditandai dengan adanya bercak ungu di dekat tangkai pada pangkal buah.
Upaya mengendalikan penyakit tersebut yaitu dengan menyemprotkan fungisida. Nufarm memberikan solusi fungisida yaitu Kuproxat 345 SC. Kuproxat 345 SC merupakan fungisida yang juga berfungsi sebagai bakterisida tembaga (Cu2+) yang berbentuk cairan dengan ukuran partikel sangat kecil (0,6 µmikron), dapat melindungi tanaman dari serangan busuk buah dalam jangka waktu lama. Kuproxat 345 SC direkomendasikan OMRI (Organic Material Reviews Insstitute) sebagai fungisida organik karena aman terhadap tanaman maupun pengguna.
Fungisida Kuproxat efektif dalam pengendalian penyakit busuk buah tomat yang dapat mengakibatkan gagal panen. Keunggulan kuproxat sendiri yaitu:
- Mengandung tri basic Copper Sulfate sebagai bahan aktif terbukti efektif mengendalikan penyakit dengan daya kerja lebih cepat.
- Satu satunya produk berbahan aktif tembaga yang diformulasikan dalam bentuk cair.
- Ukuran partikel paling kecil dibanding fungisida tembaga lainnya sehingga dapat menutup lapisan area semprot secara merata bagi tanaman.
- Bersifat rainfastness (tahan terhadap pencucian air hujan).
- Pelepasan ion Cu terkontrol dengan baik dan bersifat perlahan sehingga dapat melindungi tanaman dari jamur dan bakteri dalam waktu yang lama.
- pH formulasi dan larutan semprot bersifat netral, sehingga tanaman tidak akan stress saat disemprot.
Pengunaan kuproxat pada tanaman tomat dengan penyakit busuk buah/bintik hitam dapat dilakukan dengan dosis sebanyak 2 – 3 ml/L dengan waktu penyemprotan apabila terlihat gejala serangan, dengan interval 7 – 10 hari sesuai keadaan serangan. Penyemprotan volume sedang sampai tinggi dengan volume air 200 – 400 l/ha. Penyemprotan segera bila ditemukan serangan.
Terbukti dalam mencegah penyakit bagi tanaman tomat oleh para Petani di Indonesia.