Pengendalian Penyakit Bercak Ungu (Trotol) Pada Bawang Merah Dengan SUMILEX 50 WP
Bawang merah menjadi salah satu komoditas hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal tersebut dipengaruhi oleh harga bawang merah yang cukup fantastis serta memiliki prospek menjanjikan di masa depan. Mengutip laporan dari Survey Sosial Ekonomi (Susenas) tahun 2021, rata rata konsumsi masyarakat terhadap bawang merah per kapita mencapai 2,49 kg dalam sebulan. Badan Pusat Statisktik (BPS) juga memaparkan bahwa konsumsi bawang merah di sektor rumah tangga tahun 2021 naik sebesar 8, 33% dibandingkan tahun sebelumnya. Apabila dikonversikan kenilai ekonomi nasional, komoditas bawang merang menjadi peluang bisnis yang cerah.
Sementara itu, produksi bawang merah sendiri dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang berarti. Tercatat produksi bawang merah nasional tahun 2013 sebesar 1,01 juta ton, pada tahun 2014 sebesar 1,23 juta ton, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 1,22 juta ton (BPS, 2015). Kondisi tersebut diakibatkan oleh manajemen budidaya yang kurang optimal. Salah satu penyebab ketidakstabilan produksi bawang merah adalah serangan organisme penggangu tanaman (OPT). Kehadiran OPT di lahan budidaya dapat mengancam pertumbuhan dan perkembangan yang serius bagi tanaman, seperti penyakit bercak ungu pada bawang merah atau yang umum dikenal penyakit trotol.
Penyakit bercak ungu (trotol) disebabkan oleh infeksi cendawan patogen Alternaria porri. Cendawan tersebut sangat dominan pada saat musim hujan dan hampir menyerang seluruh daerah produsen bawang merah di Indonesia. Secara umum, penyebaran cendawan A. porri melalui percikan air hujan dan angin. Konidia yang terbawa arus akan menempel pada daun bawang merah kemudian menginfeksi jaringan tumbuhan hingga proses fotosintesis menjadi terganggu. Menurut Wahyono (2003), kemunculan cendawan A.porri harus segera diatasi karena berdampak fatal terhadap kehilangan hasil produksi, bahkan potensi kehilangan bisa mencapai 40 – 70 %.
Gejala serangan cendawan A.porri akan terlihat ketika tanaman mulai memasuki fase generatif atau saat pembentukan umbi. Secara visual bawang merah yang terinfeksi cendawan ini akan menimbulkan gejala bercak erwarna putih atau abu-abu yan menjalar kebagian daun tua, kemudian akan menghasilkan cekungan berwarna ungu pada daun, biasanya berbentuk elips dengan tepi berwarna kuning pucat hingga kecoklatan, pucuk daun juga kering sehingga menyebabkan daun menjadi patah. Pada serangan lanjutan, umbi akan membusuk berwarna kuning hingga merah kecoklatan.
Kerusakan yang diakibatkan cendawan A.porri perlu dikendalikan secara cepat dan tepat, seperti penggunaan fungisida Sumilex 50 WP dari Nufarm. Sumilex merupakan fungisida sistemik dengan bahan aktif terbaru yaitu prokimidon 50% yang bekerja secara protektif dan kuratif, terbukti ampuh mengendalikan penyakit bercak ungu (trotol) pada tanaman bawang merah. Penggunaan Sumilex secara tepat dapat meningkatkan kadar hijau daun dan mengurangi terjadinya tanaman rebah karena terlalu kaku. Selain itu, fungisida yang telah diformulasikan mampu diserap oleh daun tanaman dengan cepat untuk melindungi tanaman terhadap infeksi penyakit.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka perlu memperhatikan rekomendasi pemakaian. Konsentrasi yang digunakan untuk mengendalikan penyakit trotol pada bawang merah adalah 0,5 – 1 gram/liter (volume semprot 400 – 800 liter/Ha). Penyemprotan dilakukan dengan volume tinggi pada saat tanaman berumur 1 – 2 minggu atau setelah gejala penyakit terlihat. Dengan penggunaan Sumilex 50 WP petani tidak perlu cemas lagi dengan kehadiran penyakit trotol, karena Sumilex terbukti efektif mencegah dan mengendalikan penyakit bercak ungu.
Informasi produk perlindungan di tanaman Bawang Merah lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Bawang Merah