Babat Habis Tempat Hidup Hama Dengan Roundup Biosorb
Mayoritas petani di Indonesia masih menanam padi untuk menunjang kebutuhan pangan masyarakat. Umumnya, tanaman padi memiliki umur genjah yaitu 3 – 4 bulan. Selepas panen, petani akan membiarkan kondisi lahan beristirahat dalam beberapa hari kedepan sebelum di tanami kembali. Pada masa ini, sering dijumpai singgang atau anakan padi yang tumbuh dari tunggak sisa pemanenan. Sebenarnya keberadaan singgang bukan masalah serius, tetapi seorang ahli botani menilai singgang padi sebagai sumber makanan alternatif sekaligus tempat tinggal sementara bagi hama dan penyakit tumbuhan.
Kehadiran singgang padi yang terus menerus dibiarkan dapat menyebabkan hama penyakit berkembang pesat. Dalam penanganan kasus ini, petani akan melakukan pengolahan tanah yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, menenggelamkan sisa vegetasi, sekaligus memutus siklus hidup hama dan penyakit. Meskipun kegemburan tanah tercapai, faktanya singgang padi masih bisa hidup dan bahkan mereka tumbuh semakin subur karena mendapatkan lingkungan yang memadai.
Akhirnya, jalan pintas yang petani ambil untuk mematikan singgang padi adalah menyemprot herbisida sebelum pengolahan tanah. Jenis herbisida yang sering digunakan petani yaitu herbisida kontak yang dapat menghentikan pertumbuhan singgang lebih cepat. Herbisida ini memiliki daya kendali yang relatif singkat dibandingkan herbisida sistemik. Namun herbisida kontak hanya merusak morfologi luar dari singgang dan efeknya tidak sampai kebagian pangkal batang serta perakaran di dalam tanah. Akibatnya, hama selalu memiliki tempat hidup dan terus berkembang, serta pangkal tanaman mampu tumbuh menjadi singgang. Kondisi inilah yang memicu terus berkembangnya hama & penyakit tanaman, sehingga petani menjadi resah.
Melihat keresahan petani, Nufarm memberikan tips ampuh untuk mematikan singgang padi sampai ke akar singgang. Produk herbisida Nufarm yang paling efektif mengendalikan gulma adalah Roundup 486 SL (petani terbiasa menyebut dengan nama Roundup Biosorb atau Roundup). Herbisida tersebut bersifat sistemik yang memiliki bahan aktif glifosat dengan surfaktan yang telah dipatenkan. Racun rumput ini diproduksi menggunakan teknologi biosorb yang mampu diserap jaringan gulma tiga kali lebih cepat sehingga daya kendali terhadap gulma lebih tinggi dibandingkan herbisida lain. Selain itu, daya kendali Round Up terbukti lebih tuntas terhadap gulma yang sulit diberantas.
Kadar bahan aktif Roundup mampu meluruhkan metabolisme gulma dengan sempurna. Glifosat akan masuk dalam jaringan epidermis daun kemudian akan menghambat kerja enzim didalam klorofil, sehingga gulma tidak bisa melakukan fotosintesis lagi dan akhirnya gulma akan mati. Sementara itu, surfaktan yang diformulasikan dengan bahan aktif akan mempercepat masuknya glifosat dalam jaringan gulma. Ketika turun hujan satu jam setelah penyemprotan Roundup, tidak perlu lakukan penyemprotan ulang dan gulma tetap terkendali secara tuntas.
Rekomendasi konsentrasi penggunaan Roundup pada singgang padi yaitu 100 ml per tangki. Apabila di lapangan terdapat gulma berdaun lebar maka petani sebaiknya menambah 30 ml Lindomin 865 SL per tangki. Campuran Roundup dan Lindomin ini mampu mengendalikan gulma berdaun sempit dan berdaun lebar.
Waktu aplikasi Roundup menyesuaikan dengan jadwal pengolahan lahan. Pertama, jika petani membajak sawah hanya sekali maka penyemprotan Roundup dilakukan saat benih padi disemaikan pada lahan berbeda. Dua minggu setelah aplikasi, petani bisa mengolah lahan. Kemudian, satu minggu setelah pengolahan lahan, petani sudah bisa memindahkan bibit ke petak sawah. Kedua, jika petani membajak sawah dua kali maka penyemprotan Roundup dilakukan saat benih disemaikan pada lahan yang berbeda. Satu minggu kemudian, petani bisa mengolah lahan yang pertama, lalu dilanjutkan dengan pengolahan lahan yang kedua pada minggu berikutnya. Pada minggu ketiga, petani sudah bisa menanam di lokasi tersebut. Penyemprotan Roundup cukup satu kali dalam semusim, oleh karena itu penggunaan herbisida ini tergolong ekonomis.
Rekomendasi konsentrasi penggunaan Roundup pada singgang padi yaitu 100 ml per tangki. Dengan konsentrasi ini, biaya per tangki menjadi lebih ekonomis, bahkan jauh lebih murah dibandingkan glifosat merk lain.
- Petani menggunakan Roundup dengan konsentrasi 100 ML per tangki. Harga per liter Roundup kemasan 1 liter Rp 95,000. Maka biaya per tangki menjadi Rp 9,500.
- Glifosat merk lain, biasanya petani menggunakan 240 ml per tangki. Harga per liter kemasan 1 liter Rp 65,000. Maka biaya per tangki menjadi Rp 15,600.
- Perhitungan di atas menunjukkan bahwa biaya per tangki menggunakan Roundup lebih murah Rp 6,100.
Apabila di lapangan terdapat gulma berdaun lebar maka petani sebaiknya menambah 30 ml Lindomin 865 SL per tangki. Campuran Roundup dan Lindomin ini mampu mengendalikan gulma berdaun sempit dan berdaun lebar.
Informasi produk perlindungan di tanaman Padi lainnya dapat di lihat di link Perlindungan Tanaman Padi