Permasalahan gulma di lahan perkebunan masih terus menjadi tantangan serius, terutama munculnya gulma yang sulit dikendalikan dan menyebabkan penurunan produktivitas tanaman. Menurut pakar perkebunan sawit (Amin, 2020) menjelaskan bahwa gulma disebut sebagai tumbuhan pengganggu yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman pokok sekaligus menurunkan produksi tandan buah segar (TBS). Selain itu, kehadiran gulma di area perkebunan dapat meningkatkan biaya operasional dan merusak estetika lingkungan.

Gambar 1. Pertumbuhan Gulma Tak Terkendali di Area Sawit

Masalah semakin rumit ketika gulma tumbuh secara masif di lahan budidaya, tidak hanya merugikan tanaman dalam penyerapan air dan unsur hara, namun juga sebagai tempat berkembang biaknya hama. Gulma menjadi tempat tinggal yang sesuai bagi serangga pengganggu untuk melindungi diri dari predator atau musuh alami, bahkan berguna sebagai tameng dari paparan insektisida.

Ada beberapa jenis gulma yang sering dijumpai pada area perkebunan seperti rumput teki (Imperata cylindrica), gulma ini memiliki akar yang kuat dan tajam, dapat merusak struktur perakaran tanaman, serta memiliki dominasi yang tinggi. Selanjutnya, rumput gajah yang memiliki ukuran yang besar dengan daun yang lebar. Keberadaannya menyulitkan petani dalam perawatan tanaman. Jika tidak segera diatasi akan menghambat proses fotosintesis pada tanaman pokok, karena rumput gajah dapat menutupi tanaman yang mulai tumbuh.

Gambar 2. Rumput alang-alang merupakan gulma yang sering dijumpai di area perkebunan

Penyemprotan gulma menggunakan bahan kimia berupa herbisida biasa petani lakukan untuk meminimalisir pertumbuhan gulma yang lebat. Namun masalah baru muncul dengan ledakan populasi gulma yang tak terkendali, mahalnya biaya herbisida, dan banyaknya tenaga yang dibutuhkan untuk menyemprot. Melihat kasus ini, petani akan mengalami kerugian yang cukup besar.

Bagaimana Solusinya?

Pengendalian yang tepat menjadi kunci keberhasilan budidaya tanaman perkebunan. Melihat betapa merepotkannya masalah yang ditimbulkan oleh gulma, petani harus jeli dan mampu memilih produk herbisida yang sesuai. Salah satu upaya mengendalikan gulma secara efektif adalah dengan menerapkan herbisida ganda, seperti Roundup dan Terrad’or.

Gambar 3. Kombinasi Roundup dan Terrad’or untuk mengendalikan gulma bandel

Roundup adalah herbisida purna tumbuh dengan bahan aktif glifosat yang diproduksi dengan Teknologi Biosorb serta menggunakan surfaktan yang dipatenkan. Herbisida ini dapat diserap jaringan daun dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma tiga kali lebih cepat, sehingga daya berantas lebih unggul dalam jangka waktu yang lama. Roundup juga di desain khusus untuk tahan air hujan selama 1-2 jam setelah aplikasi dan mampu mengendalikan lebih banyak gulma sekalipun gulma bandel.

Roundup bekerja secara sistemik di dalam jaringan tanaman dengan merusak klorofil daun secara permanen, sehingga proses fotosintesis pada gulma akan terhambat dan akhirnya  mati. Kandungan glifosat pada Roundup memiliki fitotoksis khusus untuk mengendalikan gulma dari golongan berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki tetapi tidak menimbulkan efek berarti bagi tanaman pokok.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, petani juga dianjurkan menggunakan produk Terrad’or yang dapat dikombinasikan dengan herbisida sistemik. Terrad’or merupakan herbisida kontak terbaru dari nufarm yang mengandung bahan aktif Tiafenacil 70 %, sehingga mampu membasmi gulma dengan cepat dan efisien. Selain itu, Terrad’or juga mempunyai pictogram berwarna hijau yang sesuai dengan konsep pertanian berkelanjutan.

Strategi Aplikasi

  1. Penyemprotan Roundup dilakukan saat gulma tumbuh subur di area perkebunan. Dosis yang dianjurkan adalah 5-6 liter per hekatar untuk gulma keras, 2-3 liter per hektar untuk gulma sedang, dan 1,5-2 liter per hektar untuk gulma lunak. Sebelum dilakukan penyemprotan sebaiknya gulma yang berada dekat atau menempel pada tanaman disingkirkan terlebih dahulu untuk memudahkan saat penyemprotan.
  2. Penyemprotan Terrad’or bisa dilakukan sebelum tanam atau setelah tanaman cukup tinggi. Dosis yang digunakan adalah 100-200 gram per hektar untuk mengendalikan gulma pakis kawat pada tanaman akasia. Tujuan penyemprotan Terrad’or yaitu untuk memperkuat daya bakar yang dihasilkan dari Roundup yang bersifat sistemik. Dengan kombinasi kedua herbisida ini, gulma akan mati dengan cepat, dan tuntas.